Kamis, 08 November 2018
LOW BACK PAIN
Author: Unknown | 02.34 | No Comments |
Rabu, 26 Maret 2014
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP MYASTHENIA GRAVIS
Author: Unknown | 23.13 | No Comments |
I.
ANATOMI
FISIOLOGI
a.
Pembagian Susunan Saraf
·
Susunan Saraf Pusat
(SSP)
1.
Medula Spinalis
2.
Otak
Otak
merupakan suatu alat tubuh yang penting karena meruapan pusat komputer dari
semua alat tubuh. Bagian dari saraf sentral yang terletak didalam rongga
tenggkorak (karanium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terbagi
menjadi:
-
Otak Besar (Serebrum)
ü Mengingat
pengalaman pengalaman yang lalu
ü Pusat
persyarafan yang menagani, aktifitas mental, akal, intelegensi, keinginan, dan
memori
ü Pusat
menangis, buang air besar dan buang air kecil
-
Otak Kecil (Serebelum)
ü Keseimbangan
dan rangsangan pendengaran ke otak
ü Sebagai
pusat penerima impuls dari reseptor sensasi umum medula spinalis dan nervus
vagus kelopak mata, rahang atas dan bawah serta otot pengunyah
ü Menerima
informasi tentang gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan dan mengatur
gerakan sisi badan.
-
Batang Otak, terdiri
dari:
ü Diensefalon
ü Mensensepalon
ü Pons
Varoli
ü Medula
Oblongata
·
Susunan Sarf Perifer
(SST)
1.
Susunan Saraf Somatik
2.
Susunan Saraf Otonom
-
Susunan Saraf Impatis
-
Susunan Saraf
Parasimpatis
b.
Jenis Jenis Sel Saraf
·
Neuron
·
Akson
·
Meningen
·
Durameter
·
Arakhnoid
·
Piameter
c.
Saraf Otak
·
Nervus Olfaktorius
·
Nervus Optikus
·
Nervus Okulomotoris
·
Nervus Troklearis
·
Nervus Trigeminus
-
N. Oftalmikus
-
N. Maksilaris
-
N. Mandibularis
·
Nervus Abdusen
·
Nervus Fasialis
·
Nervus Auditorius
·
Nervus Glossofaringeus
·
Nervus Vagus
·
Nervus Asesorius
·
Nervus Hipoglosus
(Anatomi
Fisiologi Keperawatan)
II.
DEFENISI
- Myasthenia gravis merupakan gangguan yang mempengaruhi tranmisi neuromuscular pada otot tubuh yang kerjanya di bawah kesadaran seseorang (volunter).
- Myasthenia gravis adalah gangguan autoimun yang merusak komunikasi antara syaraf dan otot, mengakibatkan peristiwa kelemahan otot.
- Myasthenia gravis adalah penyakit autoimun yang diperoleh klinis ditandai dengan kelemahan otot rangka dan fatigability pada tenaga.
- Myasthenia gravis merupakan penyakit yang berpotensi melemahkan yang disertai dengan risiko.
- Myastenia gravis merupakan penyakit neuromuskular yang menyebabkan kelemahan otot.
- Myastenia gravis merupakan gangguan yang mempengaruhi transmisi neuromuskular pada otot tubuh yang kerjanya dibawah kesadaran seseorang. (Brunner dan Suddarth, 2001)
- Myastenia gravis adalah “kelemahan otot yang serius” adalah salah satu penyakit neuromuskular yang menggabungkan kelelahan cepat otot otot valuntar dengan penyembuhan yang sangat lama. (Brunner dan Suddart, 2001)
III.
ETIOLOGI
Kelainan
primer pada MG dihubungkan dengan gangguan transmisi pada neuromuscular
junction,yaitu penghubung antara unsur saraf dan unsur otot. Pada ujung akson
motor neuron terdapat partikel -partikel globuler yang merupakan penimbunan
asetilkolin (ACh). Jika rangsangan motorik tiba pada ujung akson, partikel
globuler pecah dan ACh dibebaskan yang dapat memindahkan gaya sarafi yang
kemudian bereaksi dengan ACh Reseptor (AChR) pada membran postsinaptik. Reaksi
ini membuka saluran ion pada membran serat otot dan menyebabkan masuknya
kation, terutama Na, sehingga dengan demikian terjadilah kontraksi otot. Penyebab
pasti gangguan transmisi neromuskuler pada MG tidak diketahui. Dulu dikatakan,
pada MG terdapat kekurangan ACh atau kelebihan kolinesterase, tetapi menurut
teori terakhir, faktor imunologik yang berperanan.
IV.
PATOFISIOLOGI
Otot
rangka atau otot lurik dipersarafi oleh nervus besar bermeilin yang berasal
dari sel kornu anterior medulla spinalis dan batang otak. Nervus ini mengirim
keluar aksonnya dalam nervus spinalis atau kranialis menuju perifer. Nervus
yang bersangkutan bercabang berkali kali dan mampu merangsang 2000 serat otot
rangka. Kombinasi saraf motorik dengan serabut otot yang dipersyarafi disebut
unit motorik. Walaupun masing masing neuron motorik mempersarafi banyaj serabut
otot, namun masing masing otot dipersarafi oleh neuron motorik tunggal.
Daerah khusus yang
menghubungkan antara saraf motorik dengan serabut otot disebut sinaps atau taut
neuromuskular. Asetilkolin disimpan dan disintesis dalam akson terminal
(bouton). Membran pascasinaps mengandung reseptor asetilkolin yang dapat membangkitkan
lempeng akhir motorik dan sebalikya dapat menghasilkan potensial aksi otot.
Apabila implus saraf mencapai taut neuromuskular, membrana akson parasimpatik
terminal terdepolirisasi, menyebabakan pelepasan asetilkolin kedalam membran
parasimpatik. Asetilkolin menyeberangi celah sinaptik secara difusi dan menyatu
dengan bagian reseptor asetilkolin dalam membran pascasinaptik. Masuknya ion Na
secara mendadak dan keluarnya ion K menyebabkan depolarisasi ujung lempeng
Ketika EPP mencapai
puncak EPP akan menghasilkan potensial aksi dalam membran otot tidak bertaut
yang menyebar sepanjang sarkonema. Potensial aksi ini merangkai serangkaian
reaksi yang menyebabkan kontraksi serabut otot. Begitu terjadi transmisi
melalui penghubung neuromuskular, asetilkolin akan dirusak oleh enzin
asetilkonlinetrase. Dalam MG konduksi neuromuskularnya terganggu. Jumlah
reseptor asetilkolin normal menjadi menurun. (Keperawatan medikal bedah, 2001)
V.
MANIFESTASI
KLINIS
Karakteristik
penyakit berupa kelemahan otot ekstrem
dan mudah mengalami kelelahan, yang
umumnya memburuk setelah aktivitas
dan berkurang setelah istirahat. Berbagai gejala yang muncul sesuai denagn otot
yang terpenagaruh, sebagai berikut:
·
Apabila otot simetri
yang terkena, umumnya dihubungkan dengan saraf kranial. Karena otot – otot
okular terkena, maka gejala awal yang muncul diplopia (penglihata ganda) dan ptosis
(jatuhnya kelopak mata). Ekspresi wajah pasien seperti sedang tidur terlihat
seperti patung hal ini dikarenakan otot wajah terkena
·
Pengaruh terhadapa
laring menyebabkan disfonia (gangguan
suara) dalam pembentukan bunyi suara hidung atau kesukaran dalam pengucapan
kata kata. Kelemahan pada otot otot bulbar menyebabkan masalah mengunyah dan
menelan dan adanya bahaya tersedak dan aspirasi.
·
Sekitar 15% sampai 20%
keluhan pada tangan dan otot otot lengan, pada otot kaki mengalami kelemahan
yang membuat pasien jatuh.
·
Kelemahan diafragma dan
otot – otot interkostal menyebabkan gawat
nafas, yang merupakan keadaan
darurat akut. (Keperawatan medikal bedah, 2001)
VI.
KOMPLIKASI
Krisis miasthenic merupakan suatu kasus kegawatdaruratan
yang terjadi bila otot yang mengendalikan pernapasan menjadi sangat lemah.
Kondisi ini dapat menyebabkan gagal pernapasan akut dan pasien seringkali
membutuhkan respirator untuk membantu pernapasan selama krisis berlangsung.
Komplikasi lain yang dapat timbul termasuk tersedak, aspirasi makanan, dan
pneumonia.
Faktor-faktor yang dapat memicu komplikasi pada pasien
termasuk riwayat penyakit sebelumnya (misal, infeksi virus pada pernapasan),
pasca operasi, pemakaian kortikosteroid yang ditappering secara cepat,
aktivitas berlebih (terutama pada cuaca yang panas), kehamilan, dan stress
emosional.
·
Bisa timbul miastenia crisis atau
cholinergic crisis akibat terapi yang tidak diawasi
·
Bullous death
VII.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
- Tes darah dikerjakan untuk menebtukan kadar antibody tertentu didalam serum(mis, AChR-binding antibodies, AChR-modulating antibodies, antistriational antibodies). Tingginya kadar dari antibody dibawah ini dapat mengindikasikan adanya MG.
- Pemeriksaan Neurologis melibatkan pemeriksaan otot dan reflex. MG dapat menyebabkan pergerakan mata abnormal, ketidakmampuanuntuk menggerakkan mata secara normal, dan kelopak mata turun. Untuk memeriksa kekuatan otot lengan dan tungkai, pasien diminta untuk mempertahankan posisint melawan resistansi selama beberapa periode. Kelemahan yang terjadi pada pemeriksaan ini disebut fatigabilitas.
- Foto thorax X-Ray dan CT-Scan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya pembesaran thymoma, yang umum terjadi pada MG
- Pemeriksaan Tensilon sering digunakan untuk mendiagnosis MG. Enzim acetylcholinesterase memecah acetylcholine setelah otot distimulasi, mencegah terjadinya perpanjangan respon otot terhadap suatu rangsangan saraf tunggal. Edrophonium Chloride merupakan obat yang memblokir aksi dari enzim acetylcholinesterase.
- Electromyography (EMG) menggunakan elektroda untuk merangsang otot dan mengevaluasi fungsi otot. Kontraksi otot yang semakin melemah menandakan adanya MG.
VIII.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Myasthenia gravis merupakan gangguan neuromuskuler
yang paling dapat diatasi. Pemilihan metode terapi tergantung beberapa faktor
seperti umur, kesehatan secara umum, keparahan penyakit, dan derajat
perkembangan penyakit.
Pengobatan
1.
Anticholinesterase seperti neostigmine (Prostigmin®) dan pyridostigmine (Mestinon®)
biasanya diresepkan. Obat ini mencegah destruksi ACh dan meningkatkan akumulasi
Ach pada neuromuscular junctions, memperbaiki kemampuan kontraksi otot. Efek
samping itermasuk liur berlebihan, kontraksi otot involunter
(fasciculation), nyeri abdomen, mual, dan diare. Obat yang disebut kaolin dapat
digunakan sebagai anticholinesterase untuk mengurangi efek samping pada
gastrointestinal.
2.
Corticosteroids (e.g., prednisone) menekan antibody yang memblokir AChR pada
neuromuscular junction dan dapat digunakan bersamaan dengan anticholinesterase.
Kortikosteroid memperbaiki keadaan dalam beberapa minggu dan jika pemulihan
sudah stabil, dosis sebaiknya dikurangi secara perlahan (tapering off) Dosis
rendah dapat digunakan tidak terbatas untuk mengatasi MG, namun, efek samping
seperti, ulkus gaster, osteoporosis, peningkatan berat badan, gula darah
meningkat, dan peningkatan resiko infeksi mungkin muncul pada pemakaian jangka
panjang
3.
Immunosuppressants seperti azathioprine (Imuran®) dan cyclophosphamide (Neosar®) dapat
digunakan untuk menangani MG umum jika pengobatan lain gagal mengurangi gejala.
Efek Samping dapat berat dan termasuk penurunan sel darah putih,
disfungsi liver, mual, muntah, dan rambut gugur. Immunosuppressants tidak
digunakan untuk menangani MG congenital karena kondisi ini bukan terjadi
disebabkan oleh disfungsi sistem imun.
Penatalaksanaan Lainnya
1.
Plasmapheresis, atau pertukaran plasma, digunakan untuk memodifikasi malfungsi pada
sistem imun. Ini dapat digunakan pada gejala yang memburuk (eksaserbasi) atau
persiapan operasi thymectomy. Biasanya,
2 hinga 3 liter plasma dibuang dan diganti pada setiap penangananm dimana
memerlukan beberapa jam. Kebanyak pasien menjalani beberapa sesi selama metode
plasmapheresis berjalan. Plasmapheresis memperbaiki gejala MG dalam beberapa
hari dan perbaikan bertahan hingga 6-8 minggu. Resiko termasuk tekanan darah
rendah, pusing, penglihatan kabur, dan pembentukan bekuan darah (thrombosis).
2.
Thymectomy merupakan operasi pembuangan kelenjar thymus. Biasanya dilakukan pada
pasien dengan tumor pada thymus (thymoma) dan pasien yang lebih muda dari umur
55 tahun dengan MG menyeluruh. Manfaat thymectomy berkembang secara perlahan
dan kebanyakan perbaikan terjadi selama bertahun-tahun setelah prosedur ini
dilakukan.
Penatalaksanaan miastenia gravis ditentukan dengan
meningkatkan fungsi pengobatan pada obat antikolinesterase dan menurunkan serta
mengeluarkan sirkulasi antibody.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
·
Identitas
klien : Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status
·
Keluhan
utama : Kelemahan otot
·
Riwayat
kesehatan : Diagnosa miasenia didasarkan pada riwayat dan pesentasi klinis.
Riwayat kelemahan otot setelah aktivitas dan pemulihan kekuatan pasial setelah
istirahat sangatlah menunukkan miastenia gravis, pasien mugkin mengeluh
kelemahan setelah melakukan pekerjaan fisik yang sederhana . riwayat adanya
jatuhnya kelopak mata pada pandangan atas dapat menjadi signifikan, juga bukti
tentang kelemahan otot.
·
B1
(Breathing)
Dispnea, resiko terjadi aspirasi dan gagal pernafasan akut
Dispnea, resiko terjadi aspirasi dan gagal pernafasan akut
·
B2
(Bleeding)
Hipotensi atau hipertensi, takikardi atau bradikardi
Hipotensi atau hipertensi, takikardi atau bradikardi
·
B3
(Brain)
Kelemahan otot ektraokular yang menyebabkan palsi ocular, jatuhnya kelopak mata atau dislopia intermien, bicara klien mungkin disatrik
Kelemahan otot ektraokular yang menyebabkan palsi ocular, jatuhnya kelopak mata atau dislopia intermien, bicara klien mungkin disatrik
·
B4
(Bladder)
Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih.
Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih.
·
B5
( Bowel)
Kesulitan menelan-mengunyah, disfagia, kelemahan otot diafragma dan peristaltic usus turun.
Kesulitan menelan-mengunyah, disfagia, kelemahan otot diafragma dan peristaltic usus turun.
·
B6
(Bone)
Gangguan aktifitas atau mobilitas fisik, kelemahan otot yang berlebihan.
Gangguan aktifitas atau mobilitas fisik, kelemahan otot yang berlebihan.
II.
RENCANA
KEPERAWATAN
Ø
Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan kelemahan
otot pernafasan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji frekuensi nafas,
kedalaman, dan bunyi nafas
2.
Catat adanya atau
derajat dispnea. Misalnya keluhan “lapar udara”.
3.
Berikan oksigen
tambahan
4.
Terapi fisik dada
(drainase postural)
|
1.
Manifestasi distres pernafan tergantung pada
indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum
2.
Disfungsi pernafasan
adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut
yang menimbulkan perawatan di rumah sakit. Misalnya infeksi, reaksi alergi
3.
Memaksimalkan
bernafas
4.
Untuk memobilisasi
sekresi dan penghisapan untuk mengeluarkan sekret
|
Ø
Kelemahan mobilitas
fisik yang berhubungan dengan kelemahan otot – otot volunter
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji faktor faktor
penyebab
2.
Kaji derajata
mobilitas 0-4
3.
Penggunaan medikasi
30 menit sebelum makan
4.
Berikan perawatan
mata
|
1.
Untuk menentukan
tindakan keperawatan pada pasien
2.
Pasien mampu mandiri
(nilai 0), memerlukan bantuan dengan alat (nilai 1), dengan pengawasan dan
pengajaran (nilai 2), memerlukan bantuan peralatan terus menerus (nilai 3),
tergantung sepenunya dengan asuhan (nilai 4)
3.
Memaksimalkan
kekuatan otot
4.
Untuk membantu
mengurangi ptosis
|
Ø
Bersih jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sputum, penurunan energi,
keletihan, kerusakan neuromuskular
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Anjurkan pasien untuk
mengosongan mulut dari benda/zat tertentu jika fase aura terjadi dan untuk
mengindari rahang mengatup jika kejang tanpa ditandai gejala awal
2.
Letakkan pasien pada
posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang
3.
Tanggalkan pakaian
pada daerah leher/dada dan abdomen
4.
Masukan spatel lidah/jalan
napas buatan atau gulungan benda lunak sesuai dengan indikasi
5.
Lakukan penghisapan
sesuai indikasi
6.
Berikan tambahan
oksigen
|
1.
Menurunkan resiko
aspirasi atau masuknya seseatu benda asing ke faring
2.
Meningkatkan aliran
drainase (sekret), mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas
3.
Ekspansi dada
4.
Untuk membuka rahang,
mencegah tergigitnya lidah, memfasilitasi saat melakukan penghisapan lendir
atau memberi sokongan pada pernafasan jika diperlukan. Jalan nafas buatan
mungkin diindikasikan setelah meredanya aktifitas kejang, jika pasien
tersebut tidak sadar dan tidak dapat mempertahankan posisi lidah yang aman
5.
Menurunkan resiko
aspirasi atau asfiksia
6.
Dapat meneurunkan
hipoksia selebral sebagaian dari sirkulasi yang menurun atau oksigen sekunder
terhadap spasme vaskuler selama serangan kejang
|
Ø
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia, intubasi, paralis otot
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Lakukan perawatan
mulut sebelum dan sesudah makan
2.
Baringkan pasien
tegak dengan kepala sedikit fleksi mendekati waktu makan
3.
Istirahat sebelum
makan
4.
Kurangi gangguan pada
saat makan
5.
Berikan makanan yang
lunak dalam bentuk kuah atau bentuk saus
6.
Berikan penghargaan
kecil terhadap kemampuan yang telah dicapai pasien
7.
Tingkatkan asupan makanan
pada pagi hari
8.
Kolaborasi dengan tim
gizi
|
1.
Perawatan mulut dapat
meningkatkan asupan oral
2.
Posisi ini mengurangi
aspirasi
3.
Untuk menurunkan
kelemahan otot
4.
Untuk mempertahankan
konsentrasi pasien saat menelan
5.
Untuk memudahkan
pasien menelan
6.
Penghargaan positif
meningkatkan keyakinan dalam menelan
7.
Karenan pada pagi
hari otot otot menjadi kuat
8.
Untuk mengembangkan
rencana makan dan cairan
|
Ø
Cemas berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana
pengobatan, tindakan terhadap ketidak mampuan yang permanen, dan ancaman
kematian
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Berikan informasi
tentang:
·
Sifat kondisi
·
Tujuan pengobatan
yang diprogramkan
·
Pemeriksaan
diagnostik
2.
Bantu pasien untuk
mengungkapkan ketakutannya
|
1.
Mengetahui apa yang
diharapkan dari tindakan medis dapat mempermudah penyesuaian pasien dan
membantu menurunkan ansietas yang berhubungan dengan tindakan medis tersebut
2.
Mengidentifikasi rasa
takut yang spesifik membantu meminimalkan perasaan berlebihan terhadap suatu
ancaman
|
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges,
E Marilyn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta
Effendi,
Christantie, Niluh Gede Yasmin Asih. Keperawatan Medikal Bedak Klien Dengan
Gangguan Sistem Respirasi. 2004. EGC : Jakarta
Egram,
Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1. EGC : Jakarta
Kim,
Ja Mi, dkk. 1995. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta
Mubarak,
Iqbal Wahid, Nurul Chayati. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. EGC :
Jakarta
Smeltzer,
C Suzanne, Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Mediakl Medah Brunner dan Suddarth
Ed. . EGC : Jakarta
Smeltzer,
C Suzanne, Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Mediakl Medah Brunner dan Suddarth
Ed. 8. EGC : Jakarta
Syaifuddin.
Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat Ed. 2. EGC : Jakarta