Asuhan Keperawatan Pada Hipertensi
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension)
adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan darah di atas
normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah
(diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan
darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmanometer) ataupun alat digital
lainnya (Shadine, 2010).
Penyakit
hipertensi sering disebut sebagai ‘The Silent Disease’ atau penyakit
tersembunyi. Sebutan tersebut berawal dari banyaknya orang yang tidak sadar
telah mengidap penyakit hipertensi sebelum mereka melakukan pemeriksaan tekanan
darah. Hipertensi dapat menyerang siapa saja, dari berbagai kelompok umur dan
status sosial ekonomi. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, di mana tekanan darah yang tinggi di dalam arteri menyebabkan
peningkatan resiko terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
kardiovaskuler seperti stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.
(Sutanto 2010).
Data WHO (World Health Oranization) tahun 2007 menunjukan diseluruh
dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap Hipertensi dengan perbandingan 26,6%
pria dan 26.1% wanita. Angka kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% ditahun
2025.
Dari 972 juta
penngidap hipertensi ,333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya berada di
Negara berkembang ,termasuk Indonesia. (Konas InaSH,2007).
Di berbagai
belahan dunia, terutama pada negara
maju, penyakit pembuluh darah telah lama menjadi penyakit nomor satu. Sebanyak
1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini.
Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6
milyar menjelang tahun 2025. (Wiryowidagdo & Sitanggang, 2004).
Di Negara maju,
misalnya Amerika Serikat, 15% orang dewasa kulit putih menderita hipertensi,
sementara itu 25-30% golongan kulit hitam juga menderita gangguan penyakit itu.
Diperkirakan 5-10% anak memiliki hipertensi dan satu dari empat orang dewasa
(sekitar 50 juta) telah hipertensi. Sekitar 30 persen dari mereka dengan
hipertensi tidak tahu bahwa mereka memilikinya. Hipertensi lebih sering terjadi
pada orang di atas usia 65 tahun dibandingkan dengan orang muda. Ini juga lebih
sering dan lebih parah pada orang dewasa di Afrika-Amerika dan Meksiko-Amerika.
(The National Heart, Lung, and Blood
Institute,2011).
Hasil riset
kesehatan di Indonesia pada 2007 memperlihatkan prevalensi Hipertensi di Indonesia (Berdasarkan
pengukuran tekanan darah) sangat tinggi,yaitu rata- rata 37,1% dari total
penduduk dewasa. Artinya adalah 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia menderita .
Prevalensi ini lebih tinggi dari singapura yang 27,3%, Thailand 22,7%, dam
Malaysia 20%. Sementara jepang 36,7%, Cina 17-40% ( Rully M.A. Roesli : 2009 ).
Berdasarkan data
dari Dinas Kesahatan Kota Palembang jumlah penderita hipertensi tahun 2012 sebesar 76.597 orang (Dinkes Kota
Palembang,2013)
Sedang
berdasarkan Med.Rec Puskesmas Swakelola Dempo tahun 2012 terdapat 2.342
penderita hipertensi yang datang ke Puskesmas Dempo, serta hipertensi termasuk
dalam 10 penyakit terbesar di Puskesmas Dempo.
Dari
data diatas kami tertarik untuk mengangkat masalah di atas untuk di tuangkan
dalam Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny “A” dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular : Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Swakelola Dempo Palembang Tahun 2013.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah yaitu : Bagaimana pelaksanaan
Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny “A”
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hypertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Dempo Palembang Tahun 2013 ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk
mengetahui gambaran nyata tetang penerapan asuhan keperawatan keluarga pada Ny
“A” dengan masalah utama Hypertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Dempo Palembang.
1.3.2
Tujuan
Khusus
1.
Mahasiswa mampu
melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan
Keluarga pada Ny “A”
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler di wilayah Kerja
Puskesmas Dempo
2.
Mahasiswa mampu
menentukan masalah keperawatan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny “A”
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler di wilayah Kerja
Puskesmas Dempo
3.
Mahasiswa dapat
menegakkan diagnosa keperawatan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny “A” dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler di wilayah Kerja
Puskesmas Dempo
4.
Mahasiswa mampu membuat
rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
pada Ny “A” dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler di wilayah Kerja
Puskesmas Dempo
5.
Mahasiswa mampu
melakukan implementasi Asuhan Keperawatan
Keluarga pada Ny “A”
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler di wilayah Kerja
Puskesmas Dempo
6.
Mahasiswa mampu
melakukan evaluasi pada Asuhan
Keperawatan Keluarga
pada Ny “A” dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler di wilayah Kerja
Puskesmas Dempo
1.4
Waktu
dan tempat pelaksanaan
Pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga Ny “N” dilaksanakan mulai tanggal 22 Februari 2013 sampai tanggal 3 Maret 2013.
Asuhan keperawatan ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Dempo Palembang.
1.5
Manfaat
Penelitian
1.5.1
Untuk
keluarga
Sebagai
informasi bagaimana cara memberikan pertolongan dan merawat keluarga yang
menderita hipertensi
1.5.2
Bagi
Institusi Puskesmas Swakelola Dempo
Dapat
menjadi wahana pertukaran informasi dengan dunia pendidikan yang akan
memberikan pencerahan tentang Asuhan Keperawatan yang dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan keluarga
dan sebagai tambahan kepustakaan dalam memberikan pelaksanaan keperawatan yang
komprehensif pada klien dengan Hipertensi.
1.5.3
Bagi
Institusi Pendidikan
Bagi
Institusi Akademi Keperawatan ‘Aisyiyah, dapat menjadi suatu bahan kajian dan
evaluasi yang memberikan gambaran kondisi lapangan, sehingga untuk kedepannya
dapat membekali mahasiswanya dengan keterampilan yang dibutuhkan.
1.5.4
Bagi
Mahasiswa
Mahasiswa
mampu mengaplikasikan pengalaman, pemahaman tentang bagaimana mengelola dan
mencapai tujuan asuhan keperawatan berkualitas pada situasi yang nyata.
1.5.5
Bagi
Peneliti Selanjutnya
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi
untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR MEDIK
2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah secara terus-menerus hingga melebihi batas
normal. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, Buku Patofisiologi, Edisi 4)
Hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah yang berkaitan dengan peningkatan mortalitas
kardiovaskuler lebih dari 50%. (Patofisiologi, Konsep Klinis Proses
Penyakit, Edisi 4)
Hipertensi
adalah masalah kesehatan, penting bagi dokter yang bekerja pada pelayanan
kesehatan primer, karena angka prevalensi yang tinggi dan akibat jangka panjang
yang ditimbulkan mempunyai konsekuensi tertentu. (Soeparman, Sarwono Waspaji,
Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 2)
2.1.2
Anatomi
dan Fisiologi
a. Anatomi
jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang
terdiri dari otot dan merupakan jaringan istimewa, karena dilihat dari bentuk
dan susunannya sama dengan otot jantung dan cara kerjanya menyerupai otot
polos. Jantung berbentuk jantung pisang, bagian atasnya tumpul (dangkal
jantung) dan disebut basis kordis dan bagian bawah agak runcing disebut Apeks kordis. Jantung
terletak di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), di
sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan
pangkalnya terdapat di sebelah kiri antara kosta V dan VI dua jari dari papila
mamae. Ukuran jantung ± sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya 250-300 gr.
Jantung terdiri atas berberapa lapisan yaitu :
1. Endokardium
Merupakan
lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali yang terdiri dari
jaringan endotel atau selaput lendir yang terlapisi permukaan rongga jantung.
2. Miokardium
Lapisan
inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung.
3. Perikardium
Lapisan
jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus, terdiri dari 2 lapisan
yaitu lapisan perietal dan viseral yang terutama di pangkal jantung membenruk
kantung jantung.
b. Fisiologi
jantung
Jantung adalah organ berupa otot,
berbentuk kerucut, berongga dengan basisnya diatas dan puncaknya dibawah.
Apexnya miring kesebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram. Agar jantung
berfungsi sebagai pemompa yang efisien, otot-otot jantung, rongga atas dan
rongga bawah harus berkontraksi seara bergantian. Laju denyut-denyut jantung
atau bekerjanya memompa ini dikendalikan secara alami oleh suatu ”pengatur
irama” yang terdiri dari sekelompok yang secra khusus disebut Nodus Sinotriali
yang terletak didalam dinding serambi kanan.Sebuah impuls listrik yang
ditransmisikan dari nodus sinotrialis ke kedua serambi membuat keduanya
berkontraksi secara serentak.
Arus listrik ini selanjutnya
diteruskan di dinding-dinding bilik, yang pada gilirannya membuat bilik-bilik
berkontraksi secara serentak. Periode
kontraksi ini ini disebut periode sistole. Selanjutnya periode ini diikuti
dengan sebuah periode relaksasi pendek kira-kira 0,4 detik yang disebut periode
diastole, sebelum impuls berikutnya datang.
Nodus Sinotrialis menghasilkan
antara 60 hingga 72 impuls seperti ini disetiap menit ketika jantung sedang
relaksasi. Produk impuls-impuls ini juga dikendalikan oleh suatu bagian sistem
saraf yang disebut sistem saraf otonom, yang bekerja di luar keinginan kita.
Sistem listrik inilah yang menghasilkan kontraksi-kontraksi otot jantung
berirama yang disebut denyut jantung.
2.1.3
Penyebab
Hipertensi / Etiologi
Karena TD bergantung pada kecepatan
denyut jantung volume sekuncup dan TPR, maka peningkatan salah satu dari ketiga
variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
Ø Peningkatan
kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau
hormon pada nodus SA. Peningkatan
kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan
hipertiroidisme. Namun peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya
dikompensasi oleh penurunan voume sekuncup atau TPR, sehingga tidak menimbulkan hipertensi.
Ø Peningkatan
volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat
peningkatan volume plasma yang berkepanjangan akibat gangguan penanganan garam
dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan volume
plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi
peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkatan volume diastolik
akhir disebut sebagai peningkatan preload jantung dan peningkatan preload
biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.
Ø Peningkatan
TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau
hormon pada arteriol atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terhadap
rangsangan normal dari keduanya akan menyebabkan penyempitan pembuluh disebut
afterload jantung, biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik.
Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin
mulai mengalami hipertropi (membesar) dan kebutuhan ventrikel akan oksigen
semakin meningkat sehingga ventrikel harus memompa darah secara lebih keras
lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertensi, serat-serat otot
jantung juga mulai teregang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya
menyebabkan penurunan kontraktilitas dan voluem sekuncup.
2.1.4
Klasifikasi Penyakit
a. Berdasarkan etiologi/penyebabnya Hipertensi di bedakan
menjadi 2 macam yaitu :
1.
Hipertensi
Primer/Essensial.
Pada
hipertensi ini penyebab seseorang menderita tidak di temukan. Rata-rata dari
seluaruh penderita hipertensi ± 90% nya menderita hipertensi type ini
2.
Hipertensi Sekunder
Pada
klien dengan hipertensi type ini penyebabnya di ketahui,seperti
Glomerulonepritis akut (GNA) penyempitan arteri renalis, DM, pengaruh
obat-obatan,preeklamsi , dan lain – lain
b.
Berdasarkan besarnya tekanan darah yang
dialami seseorang menurut WHO hipertensi dibedakan menjadi
Kategori
|
Sistolik mmHg
|
Diastolik mmHg
|
Optimal
|
120
|
80
|
Normal
|
130
|
85
|
High-Normal
|
130 – 139
|
85 – 89
|
Hipertensi
|
||
Derajat 1
|
140 – 159
|
90 – 99
|
Derajat 2
|
160 – 179
|
100 – 109
|
Derajat 3
|
≥180
|
≥ 110
|
|
2.1.5
Faktor Predisposisi
Faktor resiko yang dapat memicu terjadinya hipertensi pada orang adalah
:
-
Merokok
Resiko
berhubungan dengan jumlah rokok, lamanya
merokok.
-
Obesitas
Meningkatnya
berat badan pada masa kanak-kanak dan usia pertengahan bisa membuat resiko
meningkatnya hipertensi.
-
Riwayat keluarga
75
% pasien hipertensi mempunyai riwayat keluarga hipertensi biasanya hipertensi ini dinamakan dengan hipertensi
primer.
-
Usia
Pada
usia 30-40 thn paling tinggi terjadi hipertensi dengan beberapa hal yang menjadi penyetus seperti ke_elastisan pembuluh
darah yang menurun dan naiknya kadar kolesterol serta gula darah.
-
Diet
Meningkatnya
resiko dengan diet sodium tinggi, resiko meninggi pada masyarakat industri
dengan tingginya lemak dan tingginya kolesterol.
2.1.6
Manifestasi
Klinik
Pada pasien yang mengalami penyakit
hipertensi, menunjukkan tanda dan gejala diantaranya sebagai berikut :
- Kelemahan dan perasaan letih.
- Kenaikan tekanan darah
- Napas pendek
- Frekuensi jantung meningkat
- Distritmia
- Takikardi
- Adanya edema
- Angina Pectoris (nyeri dada sebelah kiri)
- Sakit kepala oksipital berat
- Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan atau tendon
2.1.7
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul jika
hipertensi tidak di tangani dengan tepat adalah :
a.
Stroke
Dapat timbul, akibat perdarahan tekanan
tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi.
b.
Infark miokardium
Apabila arteri koromner yang aterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardim atau apabila terbentuk trombus
yang menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
c.
Gagal ginjal
Kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus.
d.
Enselopati (kerusakan
otak)
Tekanan yang sangat tinggi dapat
menyebabkan peningkatan kapiler dan dorongan cairan ke dalam ruang interstisium
di seluruh susunan saraf pusat.
2.1.8
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium rutin yang
dilakukan sebelum memulai therapy bertujuan untuk menentukan adanya kerusakkan
organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya
diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah ( kalium, natrium, gula
darah, kolesterol total, dan EKG ).
Pemeriksaan
penunjang lainnya yang dapat dilakukan diantaranya :
a. Hemoglobin / Hematokrit :
bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume ( visikositas darah ) yang dapat mengindikasikan
faktor resiko seperti Hiperkoagulativitas, dan anemia.
b. BUN atau kreatinin :
memberikan informasi terhadap perfusi atau fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia ( DM adalah pencetus
hipertensi ) dapat di akibatkan oleh peningkatan kefokalamin ( mengikat
hipertensi ).
d. Kalium serum : Peningkatan
kadar kalium serum dapat meningkatan hipertensi.
e. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan penetus utama adanya pembentukkan plak ateronatosa
( efek kardiovaskuler ).
f. Pemeriksaan tyroid : Hipertyroidsm dapat menimbulkan vasokontriksi dan
hipertensi.
g. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk mengkaji aldosternisme primer ( penyebab ).
h. Urinalisa : protein, leukosit, eritrosit, silinder, dan gula darah.
i. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup,pembesaran jantung.
2.1.9
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan hipertensi
secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Non
Farmakologis
1. Penurunan
berat tampaknya mengurangi tekanan darah, mungkin dengan mengurangi beban kerja
jantung sehingga kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga berkurang.
2. Olahraga,
terutama bila disertai penurunan berat,
menurunkan istirahat dan mungkin TPR. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang
dapat mengurangi timbulnya hipertensi yang terkait aterosklerosis.
3. Teknik
relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara menghambat
respon-stress saraf simpatis.
4. Berhenti
merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
b. Farmakologis
1. Diuretik
bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan
menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya.
2. Penghambat
enzim pengubah angiotensin II berfungsi untuk menurunkan angitensin II dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Hal ini menurunkan tekanan darah baik dengan cara langsung
menurunkan TPR karena angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron,
maupun dengan meningkatkan pengeluaran natrium melalui urin, sehingga volume
plasma dan curah jantung menurun.
3. Antagonis
(penyekat) reseptor-bata, terutama penyekat selektif bekerja pada reseptor
batas di jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
4. Antagonis
reseptor – alfa menghambat reseptor alfa di otot polos vaskuler yang secara
normal berespons terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi. Hal ini
akan menurunkan TPR.
5. Dapat
digunakan vasodilator arteriol langsung untuk menurunkan TPR.
0 comments:
Posting Komentar