Enter Header Image Headline Here

Rabu, 24 April 2013

LAPORAN ASKEP EDEMA OTAK


A.Konsep Dasar

I. DEFINISI

Edema otak adalah peningkatan kadar air di dalam jaringan otak baik intra maupun ekstraselular sebagai reaksi terhadap proses-proses patologis lokal ataupun pengaruh-pengaruh umum yang merusak (Harsono, 2005)

Cerebral Edema adalah peningkatan volume otak yang disebabkan oleh peningkatan kadar air mutlak dalam jaringan otak. (Raslan A, Bhardwaj A, 2007).

Cerebral edema merupakan kondisi yang ditandai dengan adanya sejumlah besar air dalam otak. Jika tidak diobati, dapat berakibat fatal, atau menyebabkan kerusakan otak parah, dan pasien lebih cepat diperlakukan, semakin baiknya atau peluangnya akan pemulihan. (Penerbit Salemba Medika 2001)

Cerebral edema atau edema serebral merupakan akumulasi kelebihan air di intraseluler atau ruang ekstraselular dari otak. (American Stroke Association. Stroke, 2000)

II. ETIOLOGI

Edema otak dimanifestasikan dengan adanya tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial ( Harsono, 1996 : 82-83), yaitu:

· Traumatic Brain Injury (TBI)

Disebut juga sebagai Trauma Cedera Otak. Penyebab paling umum dari TBI termasuk jatuh, kecelakaan kendaraan, dipukul dengan obyek atau menabrak obyek, dan serangan. Cedera awal dapat menyebabkan jaringan otak membengkak. Selain itu, bisa menyebabkan pembuluh darah pecah di bagian kepala. Respon tubuh terhadap cedera juga dapat meningkatkan pembengkakan. Terlalu banyak pembengkakan dapat mencegah cairan meninggalkan otak.

· Ischemic strokes

Stroke iskemik adalah jenis yang paling umum dari stroke dan disebabkan oleh gumpalan darah atau penyumbatan di otak atau bagian terdekat dari otak. Otak tidak dapat menerima darah dan oksigen yang dibutuhkan untuk berfungsi. Akibatnya, sel-sel otak mulai mati. Karena tubuh merespon, pembengkakan terjadi.

· Brain (intracerebral) hemorrhages and strokes

Disebut juga perdarahan otak dan stroke. Perdarahan mengacu pada darah yang keluar (bocor) dari pembuluh darah. Hemorrhagic Stroke adalah jenis yang paling umum dari pendarahan otak. Dapat terjadi ketika pembuluh darah mana saja di otak pecah. Sebagai respon dari tubuh akibat adanya kebocoran darah, tekanan menjadi meningkat di dalam otak. Tekanan darah tinggi diperkirakan menjadi penyebab paling sering dari jenis stroke. Perdarahan di otak bisa karena cedera kepala, obat-obatan tertentu, dan kelainan ini tidak diketahui sejak lahir.

· Infeksi

Penyakit yang disebabkan oleh organisme menular seperti virus atau bakteri dapat menyebabkan pembengkakan otak Contoh penyakit ini antara lain:

1. Meningitis.

Adalah terjadinya infeksi di mana selaput otak menjadi meradang. Hal ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, organisme lain, dan beberapa obat.

2. Ensefalitis.

Adalah infeksi di mana otak itu sendiri menjadi meradang. Hal ini paling sering disebabkan oleh sekelompok virus dan menyebar biasanya melalui gigitan serangga. Kondisi serupa disebut ensefalopati.

3. Toksoplasmosis.

Infeksi ini disebabkan oleh parasit. Toksoplasmosis paling sering mempengaruhi janin, bayi muda, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh rusak.

4. Empyema Subdural.

Empiema Subdural mengacu pada area otak menjadi bengkak atau penuh dengan nanah, biasanya setelah penyakit lain seperti meningitis atau infeksi sinus. Infeksi dapat menyebar dengan cepat, menyebabkan pembengkakan dan memblokir cairan lain meninggalkan otak.

5. Tumor.

Perkembangan tumor di otak dapat menyebabkan pembengkakan. Sebagai akibat tumor berkembang, dapat menekan area lain dari otak. Tumor di beberapa bagian otak dapat menghalangi cairan cerebrospinal mengalir keluar dari otak. Pembuluh darah baru yang tumbuh di dekat tumor juga bisa menyebabkan bengkak.

II. MANIFESTASI KLINIS

Gejala pembengkakan otak bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan dan penyebabnya. (Hudak & Gallo, 1996). Pada umumnya gejala-gejala yang timbul dari adanya edema otak antara lain:

· Sakit kepala.

· Nyeri leher atau kekakuan.

· Mual atau muntah.

· Pusing.

· Irregular bernapas (napas tidak teratur).

· Kehilangan memori.

· Ketidakmampuan untuk berjalan.

· Kesulitan berbicara.

· Pingsan.

· Kejang.

· Kehilangan kesadaran

III. PATOFISIOLOGI

Ada 3 tipe edema otak , yaitu:

· Edema Vasogenik

Terjadi karena kenaikan permeabilitas kapiler, sehingga cairan dari pembuluh darah masuk ke ruang ekstraselular terutama terletak dalam white matter. Penyebabnya adalah tumor otak, trauma, abses otak, perdarahan otak dan meningitis bakteri.

· Edema Sitotoksik

Terjadi karena gangguan permeabilitas membran sel sehingga terjadi penumpukan cairan di ruang intraselular dan penumpukan cairan tersebut terletak di dalam white dan grey matter. Penyebabnya adalah hipoksia, hipoosmolar, iskemia, dan meningitis bakteri.

· Edema Hidrostatik

Terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik di sistem ventrikel yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dari cairan serebrospinal, cairan tersebut terletak di interstitial daerah periventrikular. Penyebabnya adalah obstruksi hidrosefalus.

IV. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

· Pemeriksaan fisik.

Dapat dilakukan dengan pemeriksaan kepala dan leher.

· Pemeriksaan radiologi.

· CT scan kepala untuk mengidentifikasi cakupan dan lokasi pembengkakan.

· MRI kepala untuk mengidentifikasi cakupan dan lokasi pembengkakan.

· Tes darah untuk memeriksa penyebab pembengkakan

V. PENATALAKSANAAN

Pada dasarnya sesuai dengan penatalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial.(www.medicastore.com)

· Menurunkan volume darah otak

1. Hiperventilasi

2. Elevasi kepala 30o dengan posisi di tengah dengan tujuan tidak menghambat venous return.

3. Menurunkan metabolisme otak dengan pemberian barbiturat.

4. Cegah atau atasi kejang.

5. Cegah hiperpireksia.

6. Restriksi cairan 60% kebutuhan, kecuali bila hipotensi

· Menurunkan volume dari cairan serebrospinal

1. Acetazolamide 25 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat dinaikkan 25 mg/KgBB/hari (Maksimal 100 mg/KgBB/hari).

2. VP shunt

· Menurunkan volume otak

1. Osmotik diuretik: Mannitol dosis awal 0,5-1 mg/KgBB IV kemudian dilanjutkan 0,25-0,5 mg/KgBB IV setiap 4-6 jam.

2. Loop diuretik: Furosemide 0,5-1 mg/KgBB/dosis IV tiap 6-12 jam.

3. Steroid: Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV dilanjutkan dosis rumatan 0,1 mg/KgBB/dosis tiap 6 jam selama 3 hari

· Apabila 1, 2, 3 tidak ada kemajuan, dipertimbangkan untuk melakukan temporal dekompresi dengan kraniektomi.


Konsep Asuhan Keperawatan
I. PENGKAJIAN

· Anamnesis

1. Identitas klien: usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,tanggal masuk rumah sakit, dst.

2. Keluhan utama: nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran.

3. Riwayat penyakit sekarang: demam, anoreksi dan malaise, peninggian tekanan intrakranial serta gejala nerologik lokal.

4. Riwayat penyakit dahulu.

· Pemeriksaan fisik.

· Prosedur diagnostik.

1. Pemeriksaan laboratorium.

2. Pemeriksaan penunjang.

3. CT Scan: mengidentifikasi dan melokalisasi kemungkinan adanya abses besar dan abses kecil disekitarnya.

4. Arteriografi
Menunjukkan lokasi edema

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

· Nyeri akut berhubungan dengan respon penumpukkan cairan didalam jaringan otak.

Ø Tujuan: nyeri teratasi atau dapat terkontrol.

Ø Intervensi :

1. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.

2. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.

3. Lakukan metode distraksi

4. Kolaborasi dengan tim medis lain

Ø Rasional :

1. Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan relaksasi.

2. Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.

3. Mengalihkan klien dari rasa nyeri.

4. Pemberian analgetik seperti asetaminofen, kodein, dsb dapat mengurangi rasa nyeri.

· Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan persepsi atau kognitif, penurunan kekuatan, dan imobilisasi

Ø Tujuan: klien dapat menunjukkan cara mobilisasi yang optimal.

Ø Intervensi :

1. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional.

2. Kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan (0-4)

- Nilai 0 : klien mampu mandiri.

- Nilai 1 : memerlukan bantuan/peralatan yang minimal.

- Nilai 2 : memerlukan bantuan sedang/dengan pengawasan/pengajaran.

- Nilai 3 : memerlukan bantuan/peralatan yang terus menerus dan alat khusus.

- Nilai 4 : tergantung secara total pada pemberi asuhan.
Seseorang dalam semua katagori sama-sama mempunyai risiko kecelakaan namun katagori 2-4 mempunyai resiko terbesar untuk terjadinya bahaya tersebut sehubungan dengan imobilisasi.

3. Letakkan pasien pada posisi tertentu. Ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi antar waktu.

4. Berikan bantuan untuk melakukan ROM.

5. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab, ganti linen/pakaian yang basah agar tetap bersih dan bebas dari kerutan.

6. Pantau pengeluaran urine. Catat warna dan bau urine.

Ø Rasional :.

1. Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan.

2. Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan menigkatkan sirkulasi seluruh bagian tubuh.

3. Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal ekstrimitas dan menurunkan terjadinya vena statis.

4. Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit dan menurunkan terjadinya eksekoriasi kulit.

· Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan diseminata hematogen dari patogen, statis cairan.

Ø Tujuan : penyebaran infeksi tidak terjadi.

Ø Intervensi :

1. Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan.

2. Pertahankan tehnik aseptik dan tehnik mencuci tangan yang tepat baik pasien, pengunjung, maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung/staf sesuai kebutuhan.

3. Teliti adanya keluhan nyeri dada, berkembangnya nadi yang tidak teratur atau demam yang terus menerus.

4. Kolaborasi, berikan terapi antibiotik sesuai indikasi.

5. Siapkan untuk intervensi pembedahan sesuai indikasi.

Ø Rasional :

1. Isolasi diperlukan sampai organismenya diketahui/dosis antibiotik yang cocok telah diberikan untuk menurunkan risiko penyebaran pada orang lain.

2. Menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeks.

3. Infeksi sekunder seperti miokarditis/perikarditis dapat berkembang dan memerlukan intervensi lanjut

4. Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas individu.

5. Mungkin memerlukan drainase dari adanya abses otak atau penglepasan pirau ventrikel mencegah ruptur/mengontrol penyebaran infeksi

· Kurang pengetahuan tentang kondisi edema otak, prognosis dan perawatan edema otak berhubungan dengan kurangnya informasi.

Ø Tujuan : klien mengetahui tentang kondisi edema otak, prognosis dan perawatan edema otak.

Ø Intervensi :

1. Berikan informasi dalam bentuk dan segmen yang sederhana.

2. Beri kesempatan pada klien dan keluarga untuk bertanya mengenai hal-hal yang tidak diketahuinya

Ø Rasional :

1. Menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan untuk menerima,mengingat,menyimpan informasi yang diberikan.


DAFTAR PUSTAKA

Batterden,hausman,ignatacius,dkk,1992 medikal surgical nursing.EGC

Company,saunder,harcout,dkk,1991 medical surgical nursing javanovich inc.EGC

Doeges,marllyne,e,dkk,1996 askep sistem perayarafan. EGC. Jakarta

Doeges,marllyne,e,dkk1989 rencana askep pedoman umtuk perencanaan dan pendekomentasi keperawatan pasien, edisi 3. Jakarta. EGC

Hahn JF: Cerebral edema and neuro intensive care. Pediat clins N. Am. 27 : 587-592 (1980).

Harsono. Buku Anjar Neurologi Klinis, Yogyakarta; UGM Press,

2005

Pahria,tuti,et al. 1996. askep pada pasien dg gangguan sistem persarafan. Jakarta: Kedokteran ECG

0 comments:

Posting Komentar

Recent Posts

Categories

Unordered List

*

  • Web
  • Blog Anda
  • Text Widget

    Blog Archive

    Total Tayangan Halaman

    Diberdayakan oleh Blogger.
    Kajian.Net