Enter Header Image Headline Here

Jumat, 19 April 2013

Asuhan Keperawatan Pada Hipertensi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmanometer) ataupun alat digital lainnya (Shadine, 2010).
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai ‘The Silent Disease’ atau penyakit tersembunyi. Sebutan tersebut berawal dari banyaknya orang yang tidak sadar telah mengidap penyakit hipertensi sebelum mereka melakukan pemeriksaan tekanan darah. Hipertensi dapat menyerang siapa saja, dari berbagai kelompok umur dan status sosial ekonomi. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan darah yang tinggi di dalam arteri menyebabkan peningkatan resiko terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. (Sutanto 2010).
Data WHO (World Health Oranization) tahun 2007 menunjukan diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap Hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26.1% wanita. Angka kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% ditahun 2025.


Dari 972 juta penngidap hipertensi ,333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang ,termasuk Indonesia. (Konas InaSH,2007).
Di berbagai belahan dunia, terutama pada negara maju, penyakit pembuluh darah telah lama menjadi penyakit nomor satu. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025. (Wiryowidagdo & Sitanggang, 2004).
Di Negara maju, misalnya Amerika Serikat, 15% orang dewasa kulit putih menderita hipertensi, sementara itu 25-30% golongan kulit hitam juga menderita gangguan penyakit itu. Diperkirakan 5-10% anak memiliki hipertensi dan satu dari empat orang dewasa (sekitar 50 juta) telah hipertensi. Sekitar 30 persen dari mereka dengan hipertensi tidak tahu bahwa mereka memilikinya. Hipertensi lebih sering terjadi pada orang di atas usia 65 tahun dibandingkan dengan orang muda. Ini juga lebih sering dan lebih parah pada orang dewasa di Afrika-Amerika dan Meksiko-Amerika. (The National Heart, Lung, and Blood Institute,2011).
Hasil riset kesehatan di Indonesia pada 2007 memperlihatkan prevalensi Hipertensi di Indonesia (Berdasarkan pengukuran tekanan darah) sangat tinggi,yaitu rata- rata 37,1% dari total penduduk dewasa. Artinya adalah 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia menderita . Prevalensi ini lebih tinggi dari singapura yang 27,3%, Thailand 22,7%, dam Malaysia 20%. Sementara jepang 36,7%, Cina 17-40% ( Rully M.A. Roesli : 2009 ).
Berdasarkan data dari Dinas Kesahatan Kota Palembang jumlah penderita hipertensi tahun 2012  sebesar 76.597 orang (Dinkes Kota Palembang,2013)
Sedang berdasarkan Med.Rec Puskesmas Swakelola Dempo tahun 2012 terdapat 2.342 penderita hipertensi yang datang ke Puskesmas Dempo, serta hipertensi termasuk dalam 10 penyakit terbesar di Puskesmas Dempo.
Dari data diatas kami tertarik untuk mengangkat masalah di atas untuk di tuangkan dalam Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny “A” dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular : Hipertensi  di Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola Dempo Palembang Tahun 2013.
1.2       Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah yaitu : Bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny “A” dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hypertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Dempo Palembang Tahun 2013 ?
1.3       Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran nyata tetang penerapan asuhan keperawatan keluarga pada Ny “A” dengan masalah utama Hypertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Dempo Palembang.


1.3.2        Tujuan Khusus
1.    Mahasiswa mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny “A” dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler di wilayah Kerja Puskesmas Dempo
2.    Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny “A” dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler di wilayah Kerja Puskesmas Dempo
3.    Mahasiswa dapat menegakkan diagnosa keperawatan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny “A” dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler di wilayah Kerja Puskesmas Dempo
4.    Mahasiswa mampu membuat rencana Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny “A” dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler di wilayah Kerja Puskesmas Dempo
5.    Mahasiswa mampu melakukan implementasi Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny “A” dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler di wilayah Kerja Puskesmas Dempo
6.    Mahasiswa mampu melakukan evaluasi  pada Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny “A” dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler di wilayah Kerja Puskesmas Dempo


1.4      Waktu dan tempat pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga Ny “N” dilaksanakan mulai tanggal 22 Februari 2013 sampai tanggal 3 Maret 2013. Asuhan keperawatan ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Dempo Palembang.
1.5      Manfaat Penelitian
1.5.1        Untuk keluarga 
Sebagai informasi bagaimana cara memberikan pertolongan dan merawat keluarga yang menderita hipertensi
1.5.2        Bagi Institusi Puskesmas Swakelola Dempo
Dapat menjadi wahana pertukaran informasi dengan dunia pendidikan yang akan memberikan pencerahan tentang Asuhan Keperawatan yang dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan keluarga dan sebagai tambahan kepustakaan dalam memberikan pelaksanaan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan Hipertensi.
1.5.3        Bagi Institusi Pendidikan
Bagi Institusi Akademi Keperawatan ‘Aisyiyah, dapat menjadi suatu bahan kajian dan evaluasi yang memberikan gambaran kondisi lapangan, sehingga untuk kedepannya dapat membekali mahasiswanya dengan keterampilan yang dibutuhkan.

1.5.4        Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu mengaplikasikan pengalaman, pemahaman tentang bagaimana mengelola dan mencapai tujuan asuhan keperawatan berkualitas pada situasi yang nyata.
1.5.5        Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.


 
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1  KONSEP DASAR MEDIK
        2.1.1  Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara terus-menerus hingga melebihi batas normal. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, Buku Patofisiologi, Edisi 4)
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang berkaitan dengan peningkatan mortalitas kardiovaskuler lebih dari 50%. (Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Penyakit,  Edisi 4)
Hipertensi adalah masalah kesehatan, penting bagi dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer, karena angka prevalensi yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkan mempunyai konsekuensi tertentu. (Soeparman, Sarwono Waspaji, Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 2)




2.1.2        Anatomi dan Fisiologi
a.      potongan melintang jantungAnatomi jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot dan merupakan jaringan istimewa, karena dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot jantung dan cara kerjanya menyerupai otot polos. Jantung berbentuk jantung pisang, bagian atasnya tumpul (dangkal jantung) dan disebut basis kordis dan bagian bawah agak runcing disebut Apeks kordis. Jantung terletak di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), di sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya terdapat di sebelah kiri antara kosta V dan VI dua jari dari papila mamae. Ukuran jantung ± sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya 250-300 gr.

Jantung terdiri atas berberapa lapisan yaitu :
1.    Endokardium
Merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang terlapisi permukaan rongga jantung.
2.    Miokardium
Lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung.
3.    Perikardium
Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus, terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan perietal dan viseral yang terutama di pangkal jantung membenruk kantung jantung.

       b. Fisiologi jantung
            Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dengan basisnya diatas dan puncaknya dibawah. Apexnya miring kesebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram. Agar jantung berfungsi sebagai pemompa yang efisien, otot-otot jantung, rongga atas dan rongga bawah harus berkontraksi seara bergantian. Laju denyut-denyut jantung atau bekerjanya memompa ini dikendalikan secara alami oleh suatu ”pengatur irama” yang terdiri dari sekelompok yang secra khusus disebut Nodus Sinotriali yang terletak didalam dinding serambi kanan.Sebuah impuls listrik yang ditransmisikan dari nodus sinotrialis ke kedua serambi membuat keduanya berkontraksi secara serentak.
            Arus listrik ini selanjutnya diteruskan di dinding-dinding bilik, yang pada gilirannya membuat bilik-bilik berkontraksi secara serentak. Periode kontraksi ini ini disebut periode sistole. Selanjutnya periode ini diikuti dengan sebuah periode relaksasi pendek kira-kira 0,4 detik yang disebut periode diastole, sebelum impuls berikutnya datang.
            Nodus Sinotrialis menghasilkan antara 60 hingga 72 impuls seperti ini disetiap menit ketika jantung sedang relaksasi. Produk impuls-impuls ini juga dikendalikan oleh suatu bagian sistem saraf yang disebut sistem saraf otonom, yang bekerja di luar keinginan kita. Sistem listrik inilah yang menghasilkan kontraksi-kontraksi otot jantung berirama yang disebut denyut jantung.
2.1.3        Penyebab Hipertensi / Etiologi
Karena TD bergantung pada kecepatan denyut jantung volume sekuncup dan TPR, maka peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
Ø   Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus  SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan voume sekuncup atau TPR,  sehingga tidak menimbulkan hipertensi.
Ø   Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkatan volume diastolik akhir disebut sebagai peningkatan preload jantung dan peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.
Ø   Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terhadap rangsangan normal dari keduanya akan menyebabkan penyempitan pembuluh disebut afterload jantung, biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertropi (membesar) dan kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertensi, serat-serat otot jantung juga mulai teregang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan voluem sekuncup.

2.1.4        Klasifikasi Penyakit
a.       Berdasarkan etiologi/penyebabnya Hipertensi di bedakan menjadi 2 macam yaitu :
1.      Hipertensi Primer/Essensial.
Pada hipertensi ini penyebab seseorang menderita tidak di temukan. Rata-rata dari seluaruh penderita hipertensi ± 90% nya menderita hipertensi type ini
2.       Hipertensi Sekunder
Pada klien dengan hipertensi type ini penyebabnya di ketahui,seperti Glomerulonepritis akut (GNA) penyempitan arteri renalis, DM, pengaruh obat-obatan,preeklamsi , dan lain – lain
b.       Berdasarkan besarnya tekanan darah yang dialami seseorang menurut WHO hipertensi dibedakan menjadi
Kategori
Sistolik  mmHg
Diastolik  mmHg
Optimal
120
80
Normal
130
85
High-Normal
130 – 139
85 – 89
Hipertensi
Derajat  1
140 – 159
90 – 99
Derajat  2
160 – 179
100 – 109
Derajat  3
≥180
    110








Tabel 2.1
 
 

2.1.5        Faktor Predisposisi
Faktor resiko yang dapat memicu terjadinya hipertensi pada orang adalah :
-                Merokok
Resiko berhubungan dengan jumlah rokok, lamanya merokok.
-                Obesitas
Meningkatnya berat badan pada masa kanak-kanak dan usia pertengahan bisa membuat resiko meningkatnya hipertensi.
-                Riwayat keluarga
75 % pasien hipertensi mempunyai riwayat keluarga hipertensi biasanya hipertensi ini dinamakan dengan hipertensi primer.
-                Usia
Pada usia 30-40 thn paling tinggi terjadi hipertensi dengan beberapa hal yang menjadi penyetus seperti ke_elastisan pembuluh darah yang menurun dan naiknya kadar kolesterol serta gula darah.
-                Diet
Meningkatnya resiko dengan diet sodium tinggi, resiko meninggi pada masyarakat industri dengan tingginya lemak dan tingginya kolesterol.

2.1.6        Manifestasi Klinik
            Pada pasien yang mengalami penyakit hipertensi, menunjukkan tanda dan gejala diantaranya sebagai berikut :
    1. Kelemahan dan perasaan letih.
    2. Kenaikan tekanan darah
    3. Napas pendek
    4. Frekuensi jantung meningkat
    5. Distritmia
    6. Takikardi
    7. Adanya edema
    8. Angina Pectoris (nyeri dada sebelah kiri)
    9. Sakit kepala oksipital berat
    10. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan atau tendon

2.1.7        Komplikasi
            Komplikasi yang dapat timbul jika hipertensi tidak di tangani dengan tepat adalah :
a.       Stroke
Dapat timbul, akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
b.      Infark miokardium
Apabila arteri koromner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardim atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
c.       Gagal ginjal
Kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus.
d.      Enselopati (kerusakan otak)
Tekanan yang sangat tinggi dapat menyebabkan peningkatan kapiler dan dorongan cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan saraf pusat.
2.1.8        Pemeriksaan  Diagnostik
            Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai therapy bertujuan untuk menentukan adanya kerusakkan organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah ( kalium, natrium, gula darah, kolesterol total, dan EKG ).


Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan diantaranya :
a. Hemoglobin / Hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume ( visikositas darah ) yang dapat mengindikasikan faktor resiko seperti Hiperkoagulativitas, dan anemia.
b. BUN atau kreatinin : memberikan informasi terhadap perfusi atau fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia ( DM adalah pencetus hipertensi ) dapat di akibatkan oleh peningkatan kefokalamin ( mengikat hipertensi ).
d. Kalium serum : Peningkatan kadar kalium serum dapat meningkatan hipertensi.
e. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan penetus utama adanya pembentukkan plak ateronatosa ( efek kardiovaskuler ).
f.  Pemeriksaan tyroid : Hipertyroidsm dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi.
g. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk mengkaji aldosternisme primer ( penyebab ).
h. Urinalisa : protein, leukosit, eritrosit, silinder, dan gula darah.
i.  Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung.
2.1.9        Penatalaksanaan
            Penatalaksanaan pada pasien dengan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a.       Non Farmakologis
1.      Penurunan berat tampaknya mengurangi tekanan darah, mungkin dengan mengurangi beban kerja jantung sehingga kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga berkurang.
2.      Olahraga, terutama bila disertai penurunan  berat, menurunkan istirahat dan mungkin TPR. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi timbulnya hipertensi yang terkait aterosklerosis.
3.      Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara menghambat respon-stress saraf simpatis.
4.      Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.



b.      Farmakologis
1.      Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya.
2.      Penghambat enzim pengubah angiotensin II berfungsi untuk menurunkan angitensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini menurunkan tekanan darah baik dengan cara langsung menurunkan TPR karena angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron, maupun dengan meningkatkan pengeluaran natrium melalui urin, sehingga volume plasma dan curah jantung menurun.
3.      Antagonis (penyekat) reseptor-bata, terutama penyekat selektif bekerja pada reseptor batas di jantung untuk menurunkan kecepatan denyut  dan curah jantung.
4.      Antagonis reseptor – alfa menghambat reseptor alfa di otot polos vaskuler yang secara normal berespons terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.
5.      Dapat digunakan vasodilator arteriol langsung untuk menurunkan TPR.

0 comments:

Posting Komentar

Recent Posts

Categories

Unordered List

*

  • Web
  • Blog Anda
  • Text Widget

    Blog Archive

    Total Tayangan Halaman

    Diberdayakan oleh Blogger.
    Kajian.Net